Scholarship Information   Jobs Vacancy Information   Lowongan Kerja  
Your Ad Here



:: BEASISWA SEKOLAH INDONESIA :: 11.17.2006

Ingin Belajar di Jepang?

Kategori: Beasiswa dan tip studi/belajar/kuliah/sekolah di jepang

Oleh SUHARDJA D. WIRAMIHARDJA
MELALUI internet kita bisa memperoleh informasi tentang berbagai macam sumber beasiswa untuk belajar di Jepang. Salah satu program yang dicanangkan PM Nakasone pertengahan 1980-an adalah memasuki milenium tiga jumlah mahasiswa asing yang belajar di Jepang diharapkan mencapai angka 100.000 orang.

Namun, dari data Monbukagakusho (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Sains dan Teknologi Jepang) memasuki awal milenium ini baru tercatat sekira 80.000 mahasiswa asing yang sedang menuntut ilmu di Negeri Sakura ini dalam berbagai jenjang dengan bermacam sumber biaya. Mayoritas 86,6% dengan biaya sendiri/beasiswa swasta, 1,7% biaya pemerintah masing-masing, dan sisanya 11,6% mendapat beasiswa dari Monbukagakusho.

Indonesia menduduki tempat keenam di bawah Cina, Korea, Taiwan, Malaysia, dan Thailand dengan jumlah 1.400 orang (1.8%). Dari jumlah ini lebih dari 600 orang memperoleh beasiswa Pemerintah Jepang. Selebihnya dengan biaya sendiri atau dengan beasiswa swasta.

Dari total mahasiswa asing di Jepang, 60% belajar ilmu sosial, humaniora, seni, dan ekonomi. Hanya 4,8% dalam bidang rekayasa (engineering), 2,8% bidang pertanian, dan 2,3% bidang sains. Sisanya belajar kedokteran, dll.

Sedangkan dari Indonesia sendiri, mayoritas mereka yang dikirim pemerintah dengan beasiswa Monbukagakusho belajar dalam bidang rekayasa, pertanian, kedokteran, dan sains. Program pengiriman mahasiswa Indonesia ke Jepang telah dimulai tahun 1940-an, kemudian disusul dengan program pampasan perang awal tahun 1960-an. Setelah itu diikuti program beasiswa Monbusho (sekarang Monbukagakusho), dan kini makin banyak sumber-sumber beasiswa yang ditawarkan.

Berdasar jumlah mahasiswa asing, Tokyo Daigaku (Tokyo University) menempati urutan pertama dengan 1.982 orang. Disusul Kyoto Daigaku (1.123), Nagoya Daigaku (1.086), Tsukuba Daigaku (1.011), Osaka Daigaku (936), Kyushu Daigaku (872), Tohoku Daigaku (865), Tokyo Kogyo Daigaku (Tokyo Institute of Technology, 781), Hiroshima Daigaku (759), dan Kobe Daigaku (713).

Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang paling mahal. Untuk sedikit memberi gambaran, lihat beberapa contoh ini. Satu kilogram beras harganya 400 yen (Rp 30.000,00), Coca Cola kaleng 120 yen (Rp 9.000,00). Kalau kita makan di restoran sederhana tak kurang 600 yen (Rp 45.000,00). Harga di kantin universitas tentu lebih murah dibanding di luar. Sewa apartemen (luas 10 meter2) perbulan kira-kira 40.000 yen (Rp 3.000.000,00) di luar uang kunci dan uang jaminan yang dibayarkan pada awal perjanjian yang besarnya antara 4-6 kali sewa bulanan.

Tingginya biaya hidup ini menyebabkan sangat sedikit orang asing yang belajar di Jepang murni dengan biaya sendiri. Sebenarnya banyak beasiswa yang hanya untuk bantuan biaya hidup saja, berarti harus ada sumber lain yang lebih utama. Mahasiswa dengan beasiswa semacam ini harus membayar uang kuliah sendiri, berbeda dengan penerima beasiswa Monbukagakusho yang sudah sekaligus membayar uang kuliah.

Pada dasarnya ada dua macam beasiswa yang tersedia, yaitu beasiswa yang pengajuannya dilakukan di Indonesia dan beasiswa yang hanya bisa diperoleh kalau kita sudah berada di Jepang. Informasi lengkap tentang sumber beasiswa ini dapat dilihat di www.jasso.go.jp dan www.id.emb-japan.go.jp. Kira-kira ada 20 sumber beasiswa yang lamarannya bisa diajukan di Indonesia dan lebih dari seratus untuk mereka yang sudah berada di Jepang, baik yang berasal dari Monbukagakusho, pemerintah daerah, maupun swasta. Besarnya beasiswa berkisar antara 50.000-an yen sampai dengan 275.000 yen.

Beasiswa paling "favorit" dari Monbukagakusho karena selain jumlah cukup banyak, juga cukup besarnya uangnya. Beasiswa ini terbagi ke dalam dua jalur.

G to G

Jalur pertama, G to G (government to government), yaitu ditawarkan Pemerintah Jepang kepada Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Jepang yang berjumlah sekira 80. Pada awal tahun, program G to G ini oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) disebarkan ke semua Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia. Pelamar dicalonkan oleh PT dengan surat pengantar dari pimpinan PT tsb. Lamaran harus sudah masuk ke Dikti pertengahan Mei tiap tahunnya.

Beasiswa G to G ini juga ditawarkan kepada departemen lain dan lembaga riset seperti LIPI, LAPAN dsb. Untuk memperoleh beasiswa ini tidaklah mudah. Pelamar bersaing ketat satu sama lainnya. Untuk memperebutkan 50 beasiswa (tingkat pasca sarjana) kira-kira 400-an orang yang mengajukan lamaran dari seluruh Indonesia.

Pada dasarnya dalam mengisi formulir hendaknya diperhatikan secara jeli arahan pada setiap pertanyaan yang diajukan. Hal yang sangat penting dan merupakan keharusan adalah surat rekomendasi dan surat pernyataan penerimaan (letter of acceptance) dari calon profesor pembimbing di Jepang lengkap dengan alasan dan komentar mengenai usulan penelitian yang akan dilakukan di Jepang. Di sini memang diperlukan komunikasi yang intens dengan calon profesor sebelum lamaran diajukan. Kualitas usulan penelitian ini memegang peranan penting dalam persaingan selain IP dan kemampuan berbahasa Inggris atau bahasa Jepang untuk mereka yang bidangnya Sastra Jepang.

Bagaimana caranya memperoleh calon profesor pembimbing? Yang paling baik adalah diperkenalkan oleh senior kita yang pernah atau sedang belajar di sana. Kalau kita tidak punya senior, bisa melihat jurnal ilmiah atau katalog berbagai PT di Jepang. Memburu profesor ini bisa juga dilakukan melalui internet. Hanya masalahnya tidak semua profesor mau meresponsnya. Dan mungkin, mereka tidak mau mengambil risiko memberi rekomendasi hanya dengan e-mail. Tetapi bukannya tidak mungkin asal kita memberikan curriculum vitae yang lengkap.

Bagaimana proses seleksinya? Ada tiga tahapan. Pertama, pemeriksaan kelengkapan administrasi. Kedua, meliputi kualitas usulan penelitian, IP, hubungan dengan Profesor dll. Kedua tahap ini dilakukan tanpa kehadiran pelamar. Ketiga, bila lolos kedua tahap ini akan diundang untuk wawancara oleh tim pewawancara (gabungan dari Indonesia dan Kedubes Jepang). Peserta akan diminta untuk menerangkan usulan penelitiannya dalam bahasa Inggris atau bahasa Jepang.

U to U

Jalur kedua, jalur university to university (U to U). Program ini ditawarkan Monbukagakusho kepada profesor dari PT di Jepang. Oleh profesor di Jepang ditawarkan langsung kepada mitra PT-nya di Indonesia. Hal ini dimungkinkan bila antar universitas asal pelamar telah memunyai perjanjian kerja sama dengan universitas di Jepang.

Persaingan di sini pun sama ketatnya. Kalau dalam jalur G to G persaingan itu antar kita di Indonesia, sedangkan dalam jalur U to U bersaing dengan calon dari negara lain. Tidak ada wawancara. Penilaian hanya berdasar dari lamaran tertulis kita. Besarnya beasiswa pada dasarnya sama, yaitu 180.500 yen perbulan.

Bagi lulusan SMA pun terbuka peluang untuk menimba ilmu di "Negeri Matahari Terbit" ini. Persyaratannya, antara lain untuk program S1, D3, dan D2 NEM-nya paling tidak 8, 7,7 dan 7,2. Usia di bawah 22 tahun pada saat keberangkatan. Lamaran bisa langsung dikirim ke Kedutaan Besar Jepang, Jln. M.H. Thamrin 24, Jakarta Pusat dengan melampirkan fotokopi NEM, STTB, rapor kelas III. Untuk tahun ini batas akhir pendaftaran pada 18 Juni. Di sini pun persaingan sangat ketat. Tiap tahun rata-rata jumlah pelamar 700-an. Sedangkan yang diterima untuk semua jenjang, 30 orang. Mereka yang lolos dalam seleksi NEM akan mengikuti ujian tertulis yang meliputi matematika, fisika, kimia, biologi, dan bahasa Inggris. Besar beasiswa untuk lulusan SMU ini adalah 139.000 yen.

Jadi, betapa pentingnya informasi, baik mengenai beasiswa itu, cara pengisian formulir, mau pun persiapan untuk mengisi formulir. Memang untuk memperolehnya tidak mudah. Kita harus pandai memanfaatkan sumber informasi yang ada termasuk dari para alumni Jepang. Tetapi, sebenarnya setiap saat kita pun bisa memanfaatkan keberadaan Kedutaan Besar Jepang, bagian pendidikan.

Kalau tidak bisa ke sana langsung, staf bagian ini akan melayani kita lewat telefon 021-31924308. Atau kita bisa menghubungi kantor JASSO, di Summitmas Tower I, Lantai 5, Jalan Jenderal Sudirman Kav 61-62, telfon 021-2521912. Di kantor ini pun pasti kita akan disambut ramah. Selamat mencoba! *** (Sumber: Pikiran Rakyat)

Penulis adalah Staf Pengajar/Peneliti di Departemen Astronomi dan Observatorium Bosscha ITB

0 Comments:

Post a Comment

<< Home