Info Beasiswa: Tips Memilih Perguruan Tinggi di Jepang
Kategori: studi dan Beasiswa di jepang
SEBAGAIMANA di negara-negara lain, tiap perguruan tinggi memiliki semacam peringkat dan kebanggaan sendiri-sendiri. Untuk tidak salah memilih, konsultasi ke perwakilan PDK di Kedubes Jepang tentang perguruan tinggi yang direkomendasi tentu merupakan tindakan arif. Oleh karena dalam kasus penerima beasiswa PDK segala sesuatunya umumnya telah diatur rapi oleh pejabat di Kedutaan Besar Jepang, arti konsultasi menjadi lebih penting bagi calon mahasiswa yang ingin berangkat dengan biaya sendiri atau biaya dari pihak lain.
Terakhir, mengingat faktor bahasa, studi di Jepang umumnya memerlukan waktu satu setengah atau dua tahun lebih panjang dibanding studi di negara-negara lain, seperti Amerika Serikat dan Eropa. Untuk program S-2 dan S-3, waktu tambahan seperti ini sudah termasuk status mahasiswa peneliti (research student) yang biasanya harus dijalani sebelum seseorang mengikuti ujian masuk ke program gelar.
Untuk program S-2 dan S-3, tidak ada jaminan bahwa seseorang pasti masuk ke program gelar setelah ia mengikuti program mahasiswa peneliti di atas. Jaminan ini bahkan juga tidak dimiliki betapapun seseorang telah lulus tes sebagai penerima beasiswa dari PDK Jepang sendiri. Dalam kasus program S-2 dan S-3, beasiswa yang diberikan PDK Jepang tadi pada prinsipnya adalah beasiswa untuk program research student sekitar satu setengah atau dua tahun. Namun, beasiswa itu umumnya dapat diperpanjang jika calon ternyata lulus ujian ke jenjang program.
Mengingat tidak ada jaminan di atas serta mahalnya biaya, sekolah di Jepang boleh jadi menyakitkan. Tetapi jika segalanya berjalan lancar, termasuk adanya beasiswa yang memadai, studi di Jepang akan merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Ketenangan hidup yang merupakan prasyarat penting untuk pekerjaan berpikir guna memperoleh serta mengembangkan ilmu pengetahuan, tentu merupakan salah satunya.*
Sbr: Kompas
-------------------------------------------------------
SEBAGAIMANA di negara-negara lain, tiap perguruan tinggi memiliki semacam peringkat dan kebanggaan sendiri-sendiri. Untuk tidak salah memilih, konsultasi ke perwakilan PDK di Kedubes Jepang tentang perguruan tinggi yang direkomendasi tentu merupakan tindakan arif. Oleh karena dalam kasus penerima beasiswa PDK segala sesuatunya umumnya telah diatur rapi oleh pejabat di Kedutaan Besar Jepang, arti konsultasi menjadi lebih penting bagi calon mahasiswa yang ingin berangkat dengan biaya sendiri atau biaya dari pihak lain.
Terakhir, mengingat faktor bahasa, studi di Jepang umumnya memerlukan waktu satu setengah atau dua tahun lebih panjang dibanding studi di negara-negara lain, seperti Amerika Serikat dan Eropa. Untuk program S-2 dan S-3, waktu tambahan seperti ini sudah termasuk status mahasiswa peneliti (research student) yang biasanya harus dijalani sebelum seseorang mengikuti ujian masuk ke program gelar.
Untuk program S-2 dan S-3, tidak ada jaminan bahwa seseorang pasti masuk ke program gelar setelah ia mengikuti program mahasiswa peneliti di atas. Jaminan ini bahkan juga tidak dimiliki betapapun seseorang telah lulus tes sebagai penerima beasiswa dari PDK Jepang sendiri. Dalam kasus program S-2 dan S-3, beasiswa yang diberikan PDK Jepang tadi pada prinsipnya adalah beasiswa untuk program research student sekitar satu setengah atau dua tahun. Namun, beasiswa itu umumnya dapat diperpanjang jika calon ternyata lulus ujian ke jenjang program.
Mengingat tidak ada jaminan di atas serta mahalnya biaya, sekolah di Jepang boleh jadi menyakitkan. Tetapi jika segalanya berjalan lancar, termasuk adanya beasiswa yang memadai, studi di Jepang akan merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Ketenangan hidup yang merupakan prasyarat penting untuk pekerjaan berpikir guna memperoleh serta mengembangkan ilmu pengetahuan, tentu merupakan salah satunya.*
Sbr: Kompas
-------------------------------------------------------
0 Comments:
Post a Comment
<< Home