Informasi Beasiswa: Informasi Kampus Digital e-Learning
Kategori: Beasiswa Ramai-Ramai Mengembangkan e-Learning
Kampus digital, rupanya tengah bergulir. Sejumlah perguruan tinggi mengembangkan sistem belajar mengajar berbasis teknologi informasi yang populer dengan sebutan e-learning.
Harjanto Prabowo, Chief Information Officer, Universitas Bina Nusantara (UBinus), menyebut e-Learning adalah salah satu bentuk implementasi ICT (information communication technology) dalam proses pembelajaran (learning). ICT yang diimplementasikan dalam proses learning mempunyai banyak istilah. Seperti CBT (computer based learning), Online learning, dan yang lebih banyak dikenal, e-learning.
''Sistem e-learning memungkinkan seorang pembelajar melakukan aktifitas belajar secara lengkap. Selain itu, e-earning dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi secara interaktif antar sesama siswa, dan dosen,''terang Harjanto.
Pendapat yang sama disampaikan Zainal A Hasibuan, pembantu dekan bidang akademik, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia (UI). Menurutnya, secara sederhana elearning artinya, memanfaatkan ICT untuk pembelajaran. Termasuk, melalui pemanfaatan teknologi yang ada didalamnya, konten, dan juga cara menyampaikannya (Technology-Content-Delivery). ''Esensi utama dari pemanfaatan e-learning adalah memberikan sarana belajar yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Sehingga, baik mahasiswa, maupun dosen sama-sama dapat belajar, dan saling berkomunikasi dimana saja, dan kapan saja, tanpa harus di ruang kelas,''kata Hasibuan.
Distance learning
Ihwal penerapan e-learning di kampus, Senior Manager Communication and Marketing Acer Indonesia, Reinhart Poli menyebut baru langkah awal. ''Perlu dukungan memadai untuk penerapan e-learning, seperti adanya e-library di kampus,'' kata Reinhart.
Belum semua kampus di Indonesia dilukiskan Reihanrt telah memiliki kampus digital. Oleh karena itu, e-learning di Indonesia masih dalam tahap distance learning. Namun demikian, kampus di Indonesia tengah menuju e-learning. Reinhart menjelaskan bahwa konsep e-learning telah diterapkan di Thailand dan Malaysia. Pemerintah setempat memberi kontribusi penuh bagi pengembangan e-learning di kedua negara tersebut. ''Kita bisa belajar dari Thailand dan Malaysia,'' kata Reinhart.
Di Indonesia sendiri, kalangan vendor ICT mendukung penuh program ini. ''Acer telah menjalin kerjasama dengan sebelas perguruan tinggi negeri dan swasta. Program ini akan terus dikembangkan,'' paparnya. Dukungan juga diberikan antara lain Microsoft melalui program Campus Agreement.
Di UI, pemanfaatan e-learning, diakui Hasibuan belum merata disetiap program studi. Namun, diantara fakultas yang sudah efektif memanfaatkan e-learning, akunya, adalah Fakultas Ilmu Komputer (FIK). ''Sejak tahun 2005, FIK telah menerapkan sistem e-learning dalam proses belajar-mengajar,''paparnya. UBinus, lanjut Harjanto, telah menerapkan sistem e-learning sejak tahun 2000.
''Pada saat itu, kami mulai mengimplementasikan sistem e-learning yang diintegrasikan dengan sistem pembelajaran yang sudah berjalan secara reguler. Sistem yang kami kembangkan disebut Multi Channel Learning (MCL), dan e-Learning merupakan salah satu channelnya,''paparnya. MCL di UBiNus merupakan model sistem pembalajaran berbasis TI yang terdiri dari tiga aktifitas utama. Yaitu, aktifitas dalam kelas (classroom), aktifitas belajar mandiri (self study), dan aktifitas e-learning (tanpa tatap muka).
Komposisi jumlah aktifitas classroom dan e-learning saat ini diatur antara 80 persen hingga 20 persen. ''Komposisi ini akan terus dievaluasi efektifitasnya dan dimungkinkan untuk dilakukan perubahan dengan menambah jumlah e-learning,''aku Harjanto. Saat ini, lanjutnya, sudah 100 persen mata kuliah di UBiNus menggunakan sistem MCL. Artinya, semua mata kuliah sudah menerapkan sistem e-learning. Untuk mendukung operasional MCL, UBiNus menggunakan Learning Management System (LMS) buatan sendiri yang dapat diakses melalui alamat binusmaya.binus.ac.id Dengan memanfaatkan e-learning, tambah Harjanto, sistem pembelajaran di UBiNus sudah diubah dari sistem lecturer center (dosen sebagai pusat pembelajaran), menjadi sistem student center yang bertumpu pada pemberdayaan mahasiswa untuk menjadi manusia pembelajar seumur hidup. Demikian pula menurut Hasibuan. Menurutnya, saat ini budaya mahasiswa yang menunggu dosen memberikan materi di kelas sudah dianggap konvensional.
Manfaat
Menurut Harjanto, manfaat utama penerapan sistem e-learning adalah adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya, dan engan dosen. Selain itu, dengan menerapkan sistem e-learning berarti juga tersedia sumber-sumber belajar yang tidak terbatas. ''E-learning yang dikembangkan dan dioperasionalkan secara benar akan efektif dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar hingga mampu meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi,''ujar Harjanto.
Melalui sistem e-learning, lanjut Harjanto, seluruh civitas akademika akan diuntungkan. Alasannya, e-learning sangat mendukung terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan menerima, serta tidak terbatas dalam satu lokasi. Melalui penerapan sistem e-learning, kata Harjanto, kualitas dosen pun dapat meningkat, karena dosen dimungkinkan pula untuk menggali informasi secara lebih luas, dan bahkan tidak terbatas.
Baik Harjanto, maupun Hasibuan menggarisbawahi bahwa keberadaan sistem e-learning, bukan bearti menghilangkan kuliah tatap muka. Justru, dengan adanya sistem e-learning, kata Hasibuan, membuat sistem pembalajaran semakin fleksibel. Ia mencontohkan, materi perkuliahan yang sudah dapat diakses melalui sistem e-learning. Hal itu, seharusnya membuat suasana kelas menjadi semakin hidup. Karena, mahasiswa yang sudah membaca modul perkuliahan, memiliki waktu yang lebih longgar untuk bertanya kepada dosen.
Selain itu, ujar Hasibuan, keberadaan e-learning akan membuka akses bagi perguruan tinggi lainnya untuk melakukan sharing. Sehingga, dapat terbentuk standar kualitas yang sama, misalnya antara UI, dengan perguruan tinggi lainnya di daerah-daerah terpencil. ''Tentu saja, proses berbagi sistem e-learning itu dapat dilakukan bila ada kesepakatan tertentu antara UI, dan perguruan tinggi yang bersangkutan. Namun, intinya, menfaat yang dapat dirasakan oleh mahasiswa dan dosen UI melalui e-learning, dapat pula dinikmati oleh mahasiswa, dan dosen dari perguruan tinggi lain yang ingin melakukan sharing dengan UI,''tuturnya. Tidak menutup kemungkinan, bila nantinya, para pembelajar yang ingin belajar di UI, tidap perlu secara fisik datang ke UI. Dan, melalui sistem e-learning, diharapkan, akan membantu meningkatkan kualitas SDM. Baik Hasibuan maupun Harjanto sepakat bahwa keberadaan e-learning tidak mengilangkan sistem absen. ''Setiap kali mahasiswa log-in dan masuk dalam sistem e-learning kampus, itu sudah menjadi bukti kehadiran mahasiswa tersebut,''ujar Hasibuan.
( may ) Republika
Kampus digital, rupanya tengah bergulir. Sejumlah perguruan tinggi mengembangkan sistem belajar mengajar berbasis teknologi informasi yang populer dengan sebutan e-learning.
Harjanto Prabowo, Chief Information Officer, Universitas Bina Nusantara (UBinus), menyebut e-Learning adalah salah satu bentuk implementasi ICT (information communication technology) dalam proses pembelajaran (learning). ICT yang diimplementasikan dalam proses learning mempunyai banyak istilah. Seperti CBT (computer based learning), Online learning, dan yang lebih banyak dikenal, e-learning.
''Sistem e-learning memungkinkan seorang pembelajar melakukan aktifitas belajar secara lengkap. Selain itu, e-earning dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi secara interaktif antar sesama siswa, dan dosen,''terang Harjanto.
Pendapat yang sama disampaikan Zainal A Hasibuan, pembantu dekan bidang akademik, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Indonesia (UI). Menurutnya, secara sederhana elearning artinya, memanfaatkan ICT untuk pembelajaran. Termasuk, melalui pemanfaatan teknologi yang ada didalamnya, konten, dan juga cara menyampaikannya (Technology-Content-Delivery). ''Esensi utama dari pemanfaatan e-learning adalah memberikan sarana belajar yang tidak dibatasi ruang dan waktu. Sehingga, baik mahasiswa, maupun dosen sama-sama dapat belajar, dan saling berkomunikasi dimana saja, dan kapan saja, tanpa harus di ruang kelas,''kata Hasibuan.
Distance learning
Ihwal penerapan e-learning di kampus, Senior Manager Communication and Marketing Acer Indonesia, Reinhart Poli menyebut baru langkah awal. ''Perlu dukungan memadai untuk penerapan e-learning, seperti adanya e-library di kampus,'' kata Reinhart.
Belum semua kampus di Indonesia dilukiskan Reihanrt telah memiliki kampus digital. Oleh karena itu, e-learning di Indonesia masih dalam tahap distance learning. Namun demikian, kampus di Indonesia tengah menuju e-learning. Reinhart menjelaskan bahwa konsep e-learning telah diterapkan di Thailand dan Malaysia. Pemerintah setempat memberi kontribusi penuh bagi pengembangan e-learning di kedua negara tersebut. ''Kita bisa belajar dari Thailand dan Malaysia,'' kata Reinhart.
Di Indonesia sendiri, kalangan vendor ICT mendukung penuh program ini. ''Acer telah menjalin kerjasama dengan sebelas perguruan tinggi negeri dan swasta. Program ini akan terus dikembangkan,'' paparnya. Dukungan juga diberikan antara lain Microsoft melalui program Campus Agreement.
Di UI, pemanfaatan e-learning, diakui Hasibuan belum merata disetiap program studi. Namun, diantara fakultas yang sudah efektif memanfaatkan e-learning, akunya, adalah Fakultas Ilmu Komputer (FIK). ''Sejak tahun 2005, FIK telah menerapkan sistem e-learning dalam proses belajar-mengajar,''paparnya. UBinus, lanjut Harjanto, telah menerapkan sistem e-learning sejak tahun 2000.
''Pada saat itu, kami mulai mengimplementasikan sistem e-learning yang diintegrasikan dengan sistem pembelajaran yang sudah berjalan secara reguler. Sistem yang kami kembangkan disebut Multi Channel Learning (MCL), dan e-Learning merupakan salah satu channelnya,''paparnya. MCL di UBiNus merupakan model sistem pembalajaran berbasis TI yang terdiri dari tiga aktifitas utama. Yaitu, aktifitas dalam kelas (classroom), aktifitas belajar mandiri (self study), dan aktifitas e-learning (tanpa tatap muka).
Komposisi jumlah aktifitas classroom dan e-learning saat ini diatur antara 80 persen hingga 20 persen. ''Komposisi ini akan terus dievaluasi efektifitasnya dan dimungkinkan untuk dilakukan perubahan dengan menambah jumlah e-learning,''aku Harjanto. Saat ini, lanjutnya, sudah 100 persen mata kuliah di UBiNus menggunakan sistem MCL. Artinya, semua mata kuliah sudah menerapkan sistem e-learning. Untuk mendukung operasional MCL, UBiNus menggunakan Learning Management System (LMS) buatan sendiri yang dapat diakses melalui alamat binusmaya.binus.ac.id Dengan memanfaatkan e-learning, tambah Harjanto, sistem pembelajaran di UBiNus sudah diubah dari sistem lecturer center (dosen sebagai pusat pembelajaran), menjadi sistem student center yang bertumpu pada pemberdayaan mahasiswa untuk menjadi manusia pembelajar seumur hidup. Demikian pula menurut Hasibuan. Menurutnya, saat ini budaya mahasiswa yang menunggu dosen memberikan materi di kelas sudah dianggap konvensional.
Manfaat
Menurut Harjanto, manfaat utama penerapan sistem e-learning adalah adanya peningkatan interaksi mahasiswa dengan sesamanya, dan engan dosen. Selain itu, dengan menerapkan sistem e-learning berarti juga tersedia sumber-sumber belajar yang tidak terbatas. ''E-learning yang dikembangkan dan dioperasionalkan secara benar akan efektif dalam meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar hingga mampu meningkatkan kualitas lulusan dan kualitas perguruan tinggi,''ujar Harjanto.
Melalui sistem e-learning, lanjut Harjanto, seluruh civitas akademika akan diuntungkan. Alasannya, e-learning sangat mendukung terbentuknya komunitas pembelajar yang saling berinteraksi, saling memberi dan menerima, serta tidak terbatas dalam satu lokasi. Melalui penerapan sistem e-learning, kata Harjanto, kualitas dosen pun dapat meningkat, karena dosen dimungkinkan pula untuk menggali informasi secara lebih luas, dan bahkan tidak terbatas.
Baik Harjanto, maupun Hasibuan menggarisbawahi bahwa keberadaan sistem e-learning, bukan bearti menghilangkan kuliah tatap muka. Justru, dengan adanya sistem e-learning, kata Hasibuan, membuat sistem pembalajaran semakin fleksibel. Ia mencontohkan, materi perkuliahan yang sudah dapat diakses melalui sistem e-learning. Hal itu, seharusnya membuat suasana kelas menjadi semakin hidup. Karena, mahasiswa yang sudah membaca modul perkuliahan, memiliki waktu yang lebih longgar untuk bertanya kepada dosen.
Selain itu, ujar Hasibuan, keberadaan e-learning akan membuka akses bagi perguruan tinggi lainnya untuk melakukan sharing. Sehingga, dapat terbentuk standar kualitas yang sama, misalnya antara UI, dengan perguruan tinggi lainnya di daerah-daerah terpencil. ''Tentu saja, proses berbagi sistem e-learning itu dapat dilakukan bila ada kesepakatan tertentu antara UI, dan perguruan tinggi yang bersangkutan. Namun, intinya, menfaat yang dapat dirasakan oleh mahasiswa dan dosen UI melalui e-learning, dapat pula dinikmati oleh mahasiswa, dan dosen dari perguruan tinggi lain yang ingin melakukan sharing dengan UI,''tuturnya. Tidak menutup kemungkinan, bila nantinya, para pembelajar yang ingin belajar di UI, tidap perlu secara fisik datang ke UI. Dan, melalui sistem e-learning, diharapkan, akan membantu meningkatkan kualitas SDM. Baik Hasibuan maupun Harjanto sepakat bahwa keberadaan e-learning tidak mengilangkan sistem absen. ''Setiap kali mahasiswa log-in dan masuk dalam sistem e-learning kampus, itu sudah menjadi bukti kehadiran mahasiswa tersebut,''ujar Hasibuan.
( may ) Republika
0 Comments:
Post a Comment
<< Home