Informasi Beasiswa: Psikolog Untuk Berwirausaha
Kategori: Beasiswa
Mata kuliah kewirausahaan penting diterapkan diperguruan tinggi demi menumbuhkan jiwa berwirausaha dikalangan mahasiswa, memang bukan sesuatu yang baru lagi. Kesadaran untuk memberikan mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi, menurut Dra Hj Isje Ratna Herawati, MBA, MM, Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas Nasional Jakarta, telah berlangsung sejak era 90-an. Meski demikian, bukan berarti mata kuliah yang terbilang baru itu dapat berjalan tanpa kendala. ''Kendala utama dalam menerapkan mata kuliah itu adalah dalam mendobrak persepsi yang salah mengenai kewirausahaan,''katanya, kepada Republika (3/10).
Selama ini, lanjutnya, banyak pengertian yang salah kaprah. Seolah-olah menjadi wirausaha, berarti hidup dalam dunia yang penuh spekulatif. Sehingga, mahasiswa masih lebih memilih untuk mencari pekerjaan, karena dianggap mampu memberi penghasilan yang lebih pasti. Demikian pun para orang tua yang lebih merasa tenang bila anaknya diterima bekerja di suatu perusahaan, ketimbang memilih untuk berwirausaha.
Padahal, berwirausaha bukan berarti melakukan suatu usaha secara spekulatif. Justru, wirausahawan adalah orang yang disiplin, dan penuh perhitungan. Pendapat lain menghambat mahasiswa berwirausaha adalah seolah-olah untuk membuka usaha itu harus memiliki bakat. Padahal, setiap manusia pada dasarnya mempunyai jiwa kewirausahaan. Hal itu ditandai dengan fitrah manusia yang senantiasa ingin berprestasi. Untuk berprestasi, manusia harus mengasah kreativitasnya, hingga menciptakan inovasi-inovasi baru. Demikian pula pada kewirausahaan. Seorang wirausaha akan berusaha melakukan terobosan baru untuk menciptakan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, kata Isye, wirausaha tidak sama dengan wiraswasta.
Sementara banyak orang yang mempersepsikan bahwa dua hal itu sama. ''Wiraswasta artinya orang menjual produk yang sudah jadi. Misalnya, membeli pakaian jadi dari grosir, kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi,''terangnya. Sementara, wirausaha, adalah orang yang mengembangkan sesuatu yang mungkin telah ada, hingga tercipta produk yang baru. Misalnya, pisang goreng. Semua orang tentu mengenal panganan berbahan dasar pisang tersebut. Bila kemudian ada orang yang menjual dengan aneka rasa, seperti pisang goreng rasa stawberry, rasa coklat, dan rasa keju, misalnya, ditambah dapat dipesan melalui SMS (short messaging service), itulah yang dimaksud dengan wirausaha. ''Wirausaha, tidak sekedar berdagang. Karena, siapapun dapat berdagang. Berwirausaha pada dasarnya memadukan ilmu, dan kreativitas. Itulah esensi keberadaan mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi,''terangnya.
Untuk itu, lanjut Isye, idealnya, mata kuliah tersebut selain diterapkan di semua fakultas di perguruan tinggi, sebaiknya dihadirkan pula psikolog. ''Terpenting adalah bagaimana memunculkan kepercayaan diri agar berani untuk kreatif. Tak ada salahnya bila dihadirkan seorang psikolog untuk membantu menumbuhkan keberanian tersebut,''tuturnya.
( may ) Republika
Mata kuliah kewirausahaan penting diterapkan diperguruan tinggi demi menumbuhkan jiwa berwirausaha dikalangan mahasiswa, memang bukan sesuatu yang baru lagi. Kesadaran untuk memberikan mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi, menurut Dra Hj Isje Ratna Herawati, MBA, MM, Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas Nasional Jakarta, telah berlangsung sejak era 90-an. Meski demikian, bukan berarti mata kuliah yang terbilang baru itu dapat berjalan tanpa kendala. ''Kendala utama dalam menerapkan mata kuliah itu adalah dalam mendobrak persepsi yang salah mengenai kewirausahaan,''katanya, kepada Republika (3/10).
Selama ini, lanjutnya, banyak pengertian yang salah kaprah. Seolah-olah menjadi wirausaha, berarti hidup dalam dunia yang penuh spekulatif. Sehingga, mahasiswa masih lebih memilih untuk mencari pekerjaan, karena dianggap mampu memberi penghasilan yang lebih pasti. Demikian pun para orang tua yang lebih merasa tenang bila anaknya diterima bekerja di suatu perusahaan, ketimbang memilih untuk berwirausaha.
Padahal, berwirausaha bukan berarti melakukan suatu usaha secara spekulatif. Justru, wirausahawan adalah orang yang disiplin, dan penuh perhitungan. Pendapat lain menghambat mahasiswa berwirausaha adalah seolah-olah untuk membuka usaha itu harus memiliki bakat. Padahal, setiap manusia pada dasarnya mempunyai jiwa kewirausahaan. Hal itu ditandai dengan fitrah manusia yang senantiasa ingin berprestasi. Untuk berprestasi, manusia harus mengasah kreativitasnya, hingga menciptakan inovasi-inovasi baru. Demikian pula pada kewirausahaan. Seorang wirausaha akan berusaha melakukan terobosan baru untuk menciptakan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu, kata Isye, wirausaha tidak sama dengan wiraswasta.
Sementara banyak orang yang mempersepsikan bahwa dua hal itu sama. ''Wiraswasta artinya orang menjual produk yang sudah jadi. Misalnya, membeli pakaian jadi dari grosir, kemudian menjualnya dengan harga yang lebih tinggi,''terangnya. Sementara, wirausaha, adalah orang yang mengembangkan sesuatu yang mungkin telah ada, hingga tercipta produk yang baru. Misalnya, pisang goreng. Semua orang tentu mengenal panganan berbahan dasar pisang tersebut. Bila kemudian ada orang yang menjual dengan aneka rasa, seperti pisang goreng rasa stawberry, rasa coklat, dan rasa keju, misalnya, ditambah dapat dipesan melalui SMS (short messaging service), itulah yang dimaksud dengan wirausaha. ''Wirausaha, tidak sekedar berdagang. Karena, siapapun dapat berdagang. Berwirausaha pada dasarnya memadukan ilmu, dan kreativitas. Itulah esensi keberadaan mata kuliah kewirausahaan di perguruan tinggi,''terangnya.
Untuk itu, lanjut Isye, idealnya, mata kuliah tersebut selain diterapkan di semua fakultas di perguruan tinggi, sebaiknya dihadirkan pula psikolog. ''Terpenting adalah bagaimana memunculkan kepercayaan diri agar berani untuk kreatif. Tak ada salahnya bila dihadirkan seorang psikolog untuk membantu menumbuhkan keberanian tersebut,''tuturnya.
( may ) Republika
0 Comments:
Post a Comment
<< Home