Scholarship Information   Jobs Vacancy Information   Lowongan Kerja  
Your Ad Here



:: BEASISWA SEKOLAH INDONESIA :: 11.17.2006

Beasiswa dan Studi di Jepang - 3

Kategori: info Beasiswa, studi/kuliah/belajar di Jepang dan kehidupan di jepang

BAB IV
PENGENALAN NEGARA DAN LINTAS BUDAYA
4.1 Geografi dan Iklim
Jepang terletak di lepas pantai timur benua Asia terdiri dari empat pulau utama, yaitu Hokkaido, Honshu, Shikoku dan Kyusyu serta ribuan pulau kecil yang berdekatan. Pulau Honshu terbagi dalam lima chicho (daerah) yaitu dari utara Tohoku, Kanto, Chubu, Kinki dan Chugoku.

Luas Jepang sekitar 372.000 km persegi atau kurang lebih seperlima dari luas Indonesia dan dengan panjang + 2.500 km yang terentang dari utara ke selatan. Dataran Jepang sekitar tiga perempatnya terdiri dari pegunungan dan bukit-bukit, sehingga lahan yang tersedia untuk dapat diolah dan dikembangkan amat terbatas. Penduduk Jepang yang berjumlah + 130 juta jiwa menempati lahan yang relatif sempit itu. Ibukota Jepang adalah Tokyo.


Jepang merupakan wilayah angin musim yang pada hakekatnya panas tidak terlalu panas dan dingin tidak terlalu dingin. Pembagian musim terdiri dari haru (musim semi) berkisar sekitar Maret – Mei, natsu (musim panas) dari Juni – Agustus aki (musim gugur) sekitar September – Nopember dan fuyu (musim salju) sekitar Desember – Pebruari.

Pergeseran musim amat berpengaruh terhadap pola kehidupan. Mulai dari pakaian, alat rumah tangga hingga makanan/minuman akan berbeda tergantung pada keadaan musim yang bersangkutan. Temperatur terendah bisa mencapai di bawah 0º C sementara temperatur tertinggi tidak lebih dari 33º-34º C.

Di Jepang sering terjadi gempa bumi. Bagi orang Jepang peristiwa alam ini tampaknya sudah biasa. Mereka juga sering dilanda angin topan yang setiap tahunnya menghembus Jepang sekitar Juli – September.

4.2 Sejarah Singkat Jepang
Sejarah Jepang bermula dari jaman Jomon + 10750 tahun sebelum masehi
berlanjut dengan jaman Yayoi (BC 300 – AD 300), jaman Nara (abad ke-7
– abad ke-8), jaman Heian (abad ke-9 s.d. abad ke-12) Kamakuro (abad
ke-12 s.d. abad ke-14), Muromachi (abad ke-14 s.d. abad ke-16) Azuchi-
Momoyama (abad ke-15 s.d. abad ke-16), jaman Edo (abad ke-16 s.d. abad
ke-19), Meiji (1868 – 9111), Taisho (1912 – 1925), Showa (1925 – 1988)
dan dewasa ini adalah periode Heisei yang diawali dengan wafatnya Kaisar
Hirohito pada bulan Januari 1998 dan naik tahtanya Kaisar Akihito yang
dinobatkan pada bulan Nopember 1990.
Dalam perjalanan sejarahnya Jepang pernah mengadakan pembarahuruan
budaya secara besar-besaran, yaitu dengan meniru berbagai pranata dan
budaya Cina di tahun 645. Pembaharuan ini dikenal dengan pembaharuan
Taika. Antara abad ke-7 sampai dengan abad ke-9, Jepang banyak
mengirim pemuda-pemudanya untuk belajar di negeri Cina. Di jaman
Heian Jepang mulai menciptakan berbagai budaya yang khas Jepang
dengan menggunakan rujukan-rujukan dari Cina. Salah satu budaya
ciptaannya yang cukup penting adalah tulisan Kana. Pada periode Edo,
Jepang menutup diri dari segala pengaruh asing untuk selama kurun waktu
+ 3 abad, kecuali Cina dan Belanda selama masa isolasi ini tidak ada yang
diperkenankan masuk ke Jepang, begitu pula sebaliknya orang Jepang
tidak diperbolehkan ke luar Jepang.

Pada tahun 1854 ketertutupan Jepang ini berhasil didobrak oleh Amerika
dan sejak 1868 mulailah pembaharuan Jepang lagi yang dilakukan secara
besar-besaran pula. Pembaharuan ini dikenal dengan sebutan Restorasi
Meiji. Berbeda dengan pembaharuan Taika, dalam pembaharuan Meiji
kiblat Jepang diarahkan pada Eropa terutama Jepang berusaha meniru
Jerman, berusaha menjadikan diri menjadi sebuah negara yang kuat dan
kaya. Usaha ini berhasil, namun di dalam perang dunia ke-2 Jepang
mengalami kekalahan dan sejak itu Jepang mulai berkiblat ke Amerika.
4.3 Pemerintahan

Pada tahun 1890 DIET (parlemen) kekaisaran dibentuk dan dengan
demikian Jepang merupakan negara pertama di Asia yang menerapkan
politik parlementer. Meskipun demikian, Majelis Tinggi atau House of
Peers dari DIET Kekaisaran terdiri dari wakil-wakil kelas istimewa,
khususnya kaum bangsawan. Sementara itu Jepang tetap merupakan
sebuah monarki absolut dengan kedaulatan berada di tangan Kaisar. Baru
pada bulan November 1946 ketika konstitusi yang sekarang diumumkan
secara resmi, kedaulatan beralih ke tangan rakyat dan diberlakukan sistem
pemerintahan demokratis. Dewasa ini kedudukan Kaisar adalah sebagai
lambang negara, sementara DIET adalah organ tertinggi pemerintahan.

Sistem yang berlaku sekarang berdasarkan pembagian kekuasaan
pemerintah menjadi tiga bagian, yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif
yang bertindak mengawasi dan mengimbangi satu sama lainnya.
Pemerintahan daerah di tingkat prefektur (ken), setara dengan provinsi di
Indonesia, berpusat pada gubernur dan DPRD dari masing-masing 47
prefektur. Gubernur dan para anggota DPRD dipilih langsung oleh
penduduk prefektur yang bersangkutan. Sistem pemerintahan daerah kota
besar, kota dan desa berada di bawah pemerintahan daerah prefektur yang
bersangkutan.

4.4 Kehidupan Sehari-hari
1). Pakaian
Keadaan iklim dari musim yang berganti-ganti sepanjang tahunnya,
sangat berpengaruh besar terhadap pola kehidupan di Jepang. Mulai
dari pakaian, makanan, minuman, hingga peralatan rumah tangga
untuk kepentingan sehari-hari akan bergantung pada iklimnya.
Biasanya orang Jepnag menyesuaikan jenis pakaiannya sesuai dengan
musim yang dialamai.

Bahan pakaian yang digunakan baik untuk pria maupun wanita adalah
wool atau yang sejenisnya yang memungkinkan bisa menyimpan
panas di tubuh. Kaos-kaos pakaian dalam (shitagi) yang berlengan
panjang atau berkaki panjang (kadang disebut pakaian monyet)
dibutuhkan untuk pria maupun wanita. Pada musim dingin baik pria
maupun wanita membutuhkan pakaian minimal tiga lapis sekali pakai.
Sementara untuk kebutuhan tidur perlu disiapkan kakefuton yaitu
kasur untuk selimut atau dua sampai tiga lembar selimut tebal. Untuk
alat pemanas diperlukan sutobu (stove) yaitu alat pemanas yang
menggunakan bahan bakar seperti gas, listrik atau minyak tanah. Bagi
yang tinggal di ryo (asrama) mungkin tidak perlu mempersiapkan alat
ini, karena biasanya telah tersedia.

Makanan di Jepang tidak terlalu berbeda dengan di kita, tetapi di
musim dingin dibutuhkan makanan-makanan dan minuman yang
dapat membantu memanaskan tubuh. Oleh karena itu seperti minuman
keras di Jepang amat biasa dan bukan merupakan suatu barang
konsumsi yang dilarang.

2). Ofuro – Sentaku (Mandi – Mencuci)
Mandi di Jepang, bukan hanya sekedar membersihkan diri, tapi
berfungsi untuk menghangatkan badan terutama di musim dingin.
Kebiasaan mandi di Jepang adalah satu kali dalam sehari dan biasanya
dilakukan pada malam hari. Bagi mereka yang tinggal di apato
(apartemen) atau di ryo (asrama) yang dilengkapi dengan ofuro
(kamar mandi), persoalan mandi tidak menjadi masalah, tetapi bagi
tempat-tempat tinggal yang tidak dilengkapi dengan ofuro (kamar
mandi), para penghuninya biasa menggunakan fasilitas sento yaitu
kamar mandi umum dengan tarif + ¥ 230 satu kali mandi. Di sento,
kamar mandi akan terdiri dari dua pintu, satu pintu untuk laki-laki dan
satu pintu untuk perempuan. Sistem mandi di sento adalah mandi
bersama. Satu sama lain sama-sama berendam di ofuro (kolam mandi)
yang sama.

Di Jepang ofuro (kamar mandi), hanya berfungsi benar-benar untuk
mandi, bukan untuk buang air kecil/besar. Dalam hal buang air
kecil/besar digunakan otearai/toilet dan sebagai pembersih adalah
kertas tisu. Memang di tempat-tempat tertentu atau rumah-rumah
tertentu ada juga yang menggunakan fasilitas air sebagai alat
pembersih tapi tetap juga memakai tisu, sehingga sangat perlu bagi
karyasiswa untuk senantiasa mengantongi tisu setiap saat sebagai
persiapan.

Di musim-musim dingin biasanya mandi tidak dilakukan tiap hari,
mencuci pakaian kecuali pakaian dalam, pakaian lain seperti jas,
pantolan, rok dan baju-baju dingin lainnya tidak setiap kali diculi.
Terutama over coat biasanya cukup setelah musim dingin berakhir dan
dicuci di dry-cleaning. Untuk mencuci pakaian sehari-hari dapat
dilakukan di tempat cuci umum yang biasanya tersedia di asrama atau
di kota-kota besar. Tempat cuci pakaian otomatis ini menggunakan
uang logam seratusan (koin) baik untuk cuci dan pengeringan. Jadi
anda cukup membawa pakaian kotor dalam tas dan sekitar 2 jam anda
dapat membawa pulang kembali dalam keadaan kering dan bersih.

3). Tata Pergaulan
Dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan kampus antara mahasiswa
dan dosen atau di antara sesama mahasiswa berbeda dengan di kita.
Antara mahasiswa dan dosen berlaku tata tertib, sopan santun yang
cukup ketat. Terhadap guru/dosen atau yang digurukan berlaku
julukan sensei, sementara di antara sesama mahasiswa dengan ketat
sistem sempai-kohai atau senior-yunior dijalankan. Untuk memanggil
nama sensei atau guru selalu dengan menyebut nama keluarganya,
misalnya Tanaka sensei, Sato sensei dan seterusnya, nama kecil tidak
pernah muncul dalam panggilan terhadap guru. Terhadap teman
terutama sempai (senior) panggilan selalu dengan nama keluarganya
dengan tambahan san, sedangkan terhadap kohai atau seangkatannya
bergantung dari akrab tidaknya, bisa pula memanggil nama kecil
dengan tambahan san. Sebutan atau panggilan terhadap orang-orang di
dalam atau di luar lingkungan kampus selain dari sensei berlaku
panggilan san, baik terhadap pria maupun wanita.

Dalam berinteraksi dengan orang Jepang secara langsung ataupun
tidak langsung ada hal-hal yang perlu diperhatikan seperti orei (rasa
terima kasih yang sering diungkapkan dengan ucapan arigato). Jika
kita menerima jasa baik apakah itu kecil atau besar perlu
mengucapkan arigato. Ucapan itu biasanya bukan saja pada waktu
peristiwa terjadi, tetapi sering dikemukan setiap berjumpa lagi dengan
si pemberi jasa dengan menyampaikan ucapan kono aida arigato
gozaimashita (waktu itu terima kasih).

Selain Orei, orang Jepang juga sangat memperhatikan okaeshi, yaitu
pemberian kembali jasa kita memberi sesuatu kenang-kenangan pada
orang Jepang, maka cepat atau lambat pasti si orang Jepang itu akan
membalas kembali pemberian itu.

Dalam pergaulan sehari-hari akan sering terkesan orang Jepang
menunjukkan sikap respect terhadap orang-orang barat (kulit putih)
atau orang yang dapat berbahasa Inggeris, bahkan tidak jarang pula
terbaca sikapnya seperti mereka sendiri adalah orang barat dalam
berhadapan dengan orang-orang yang datang dari Asia atau berkulit
hitam.

Hal ini mungkin disebabkan kuatnya pandangan orang Jepang dalam
menilai superioritas barat ditambah lagi dengan kekuatan ekonomi
yang mereka miliki.

4.5 Agama dan Tradisi
1). Agama dan Perkawinan
Pada umumnya orang Jepang adalah penganut agama Shinto, Budha
atau agama-agama baru yang berafiliasi pada Shinto dan Budha dan
sejumlah kecil sekali penganut Kristen.

Jika ditanyakan kepada orang Jepang “anda agamanya apa?”, maka
jawaban yang sering kali diperoleh adalah “saya tidak beragama”
atau “agama tidak perlu bagi orang Jepang” atau jawaban yang
semacamnya. Memang sulit untuk mengukur keagamaan orang
Jepang. Di rumah-rumah mereka biasanya bukan saja butsudan (altar
Budha) yang akan kita temukan, tapi di rumah yang sama juga akan
bisa kita lihat kamidana (altar Shinto).

Dalam perkawinan, mereka tidak mempersoalkan agama. Perkawinan
antar agama apapun bisa dengan mudah terjadi. Seseorang yang
beragama Budha bisa menikah dengan penganut Shinto atau penganut
Kristen atau sebaliknya. Begitu pula dalam menyelenggarakan akad
nikah mereka dengan bebas memilih cara yang mereka ingini.
Apakah dengan cara Shinto di jinja (kuil Shinto) atau dengan cara
Budha di tera (kuil Budha) atau di Kyokai (gereja), namun disaat
kematian biasanya mereka meminta bantuan tera (kuil Budha), karena
di kuil Shinto tidak menerima penyelenggaraan kematian.

Jika dilihat dari angka sensus penduduk beragama di Jepang, biasanya
menunjukkan jumlah angka penduduk beragama yang mencapai satu
setengah kali jumlah penduduk Jepang yang sesungguhnya.
Dalam upacara kematian biasanya orang Jepang mengungkapkan turut
berduka citanya dengan memberi okoden yaitu uang bela sungkawa
yang besarnya berkisar antara ¥ 5.000 – 10.000. Sementara jika
diundang perkawinan orang Jepang akan memberikan semacam
hadiah tanda selamat yang disebut oiwai berupa uang dengan jumlah
berkisar antara ¥ 10.000 – 20.000 atau lebih, bergantung dari dimana
resepsi perkawinan itu diselenggarakan. Dari dimana resepsi
perkawinan itu diselenggarakan. Orang Jepang di dalam kehidupannya
amat menyukai matsuri.

Matsuri adalah upacara-upacara yang dilakukan orang Jepang yang
sifatnya keagamaan atau keyakinan. Matsuri-matsuri ini ada yang
diselenggarakan secara periodik, ada pula yang sifatnya aksidental.
Penyelenggaraan matsuri merupakan medan pertemuan antara warga
desa ataupun warga kota sesamanya. Contoh-contoh matsuri yang
amat terkenal antara Gion matsuri, Tanabata matsuri, Nebuta matsuri
dan lain-lain.

4.6 Masalah Kerja Sambilan
Mahasiswa asing di Jepang dapat bekerja secara part-time tanpa
mengajukan permohonan ijin, bila memenuhi tiga syarat berikut : Pertama,
tujuannya adalah mencari uang untuk membayar uang kuliah dan biayabiaya
lain yang diperlukan selama periode belajar di Jepang. Kedua,
jumlah jam tidak melebihi 28 jam per minggu (tidak termasuk pekerjaan
pada hari Minggu dan hari-hari libur nasional dan selama hari-hari libur
universitas). Sedangkan syarat terakhir yaitu, jenis pekerjaan tidak terkena
hukum pengawasan perusahaan hiburan atau melanggar hukum atau
peraturan-peraturan umum lain.

Bila mahasiswa asing ingin bekerja secara part-time di luar ruang lingkup
syarat-syarat ini, harus mendapat ijin dari Kantor Imigrasi Regional
terdekat. Mahasiswa asing dengan status 4-1-16-3 harus mendapat ijin dari
Kantor Imigrasi untuk kerja part-time, sekalipun kurang dari 28 jam per
minggu.

Tarip per jam biasanya untuk kerja part-time adalah sekitar 600 – 700.
Seksi kesejahteraan universitas-universitas dari Naigai Gakusei Center
(pusat mahasiswa dalam/luar negeri). Menyediakan informasi tentang
kerja part-time untuk mahasiswa asing.

Dalam hal kerja sambilan ini untuk para mahasiswa penerima beasiswa
dari pemerintah/swasta agar memperhatikan ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh lembaga-lembaga tersebut, karena ada juga ketentuanketentuan
lembaga- lembaga tersebut, pemberi beasiswa yang tidak
mengijinkan penerima beasiswanya untuk bekerja sambilan.

4.7 Karyasiswa Wanita di Jepang
Untuk membantu dalam beradaptasi dengan lingkungan baru dan
memperlancar proses belajar bagi karyasiswa wanita yang akan ke Jepang,
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, selain beberapa butir perhatian
yang telah dikemukakan di atas.

Wanita di Jepang meskipun di dalam aturan hukumnya tidak dibedakan
dari pria, namun dalam banyak hal secara langsung ataupun tidak di dalam
kehidupan sehari-hari, wanita dipandang menempati kedudukan setelah
pria. Di Jepang dalam banyak hal tidak berlaku aturan lady first.
Pandangan dan pola pikir seperti di atas ini tampaknya sering
diberlakukan pula terhadap kaum wanita asing. Misalnya di dalam
kenkyushitsu (di ruang jurusan), sudah menjadi kebiasaan yang wanita
membuat air untuk teman prianya. Di dalam basu (bis) atau densha (kereta
listrik) yang penuh sesak akan langka kita temui pria Jepang yang
mempersilahkan duduk bagi wanita, apalagi jika wanita itu wanita muda.
Bahkan di dalam kehidupan keluarga Jepang sendiri hirarki kedudukan
bapak-ibu, anak laki-laki, anak perempuan tampak berbeda dengan jelas.
Dalam hal makan, menggunakan ofuro, bapak dan anak laki-laki mendapat
prioritas utama. Oleh karena itu jika terjadi seorang wanita tinggal di kos
di keluarga Jepang, maka bukan mustahil ia akan diberi giliran paling
belakang untuk menggunakan ofuro.

Di dalam lingkungan dalam ataupun luar kampus, tampaknya sikap wanita
yang ideal yang dinginkan adalah low profile dalam arti tidak mulut besar
dalam bertutur kata, tidak menyolok dan ramai dalam berpakaian, tapi
mengikuti ilmu padi, makin berisi makin runduk. Satu hal lain yang juga
akan kurang mendapt respect jika wanita itu bersikap kemenak-menakan.
Insan kampus di Jepang meskipun memandang kaum wanita di belakang
laki-laki, namun dalam hal pengakuan kemampuan akademik mereka
sportif.

Di beberapa kota besar seperti Tokyo, Osaka, Kobe, Hiroshima,
Matsuyama, Kyoto, Fukuoka, Sapporo, dan lain-lain tersedia asrama bagi
mahasiswa. Biasanya lama tinggal di asrama (gakuseiryo) dibatasi selama
satu tahun untuk memberi tempat kepada mahasiswa baru, karena itu
secara dini usaha pencarian tempat tinggal di apartemen sangat membantu
kita pada saat diperlukan nanti. Umpamanya, bila ada rekan yang akan
selesai studinya maka tempat tinggalnya dapat diisi tanpa harus membayar
biaya uang kunci, dll. persyaratan bagi pencari apartemen baru.
Khususnya bagi karyasiswa wanita hal ini sangat penting agar dapat
tinggal di daerah yang tidak jauh dari perguruan tingginya. Umumnya
mahasiswa Jepang tinggal sekitar satu jam naik kereta api dari perguruan
tinggi dan berada di perguruan tinggi sampai jauh malam. Walaupun
Jepang terkenal aman dalam hal kejahatan, sehingga jarang atau tidak
pernah terdengar karyasiswa asing mendapat kesulitan untuk bepergian
malam hari. Walaupun demikian melihat angka statistik kejahatan yang
semakin meningkat pada beberpa tahun belakangan ini, kewaspadaan akan
keselamatan patut diperhatikan.

Pergaulan antara wanita-pria di Jepang cenderung bebas seperti juga
terjadi di negara kita akhir-akhir ini. Walaupun demikian suasana serta
adat ketimuran masih tetap terpelihara dilingkungan masyarakat Jepang
pada umumnya. Pada saat ini jumlah mahasiswa asing di Jepang makin
bertambah dan tidak hanya mereka yang datang dari Asia tetapi juga
banyak pula mahasiswa yang datang dari Eropah maupun Amerika.
Masalah perkawinan memang menjadi tanggung jawab masing-masing,
tetapi bagi mereka yang berstatus pegawai negeri khususnya karyasiswa
wanita, perkawinan antar bangsa yang sangat mungkin terjadi selama studi
di Jepang, hendaknya dihindari karena tentunya akan merugikan negara
kita.

4.8 Transportasi
Transportasi di Jepang bisa ditempuh pula dengan densha (kereta listrik),
basu (bis) dan takushi atau taksi.
1). Angkutan Kereta Api (Densha)
Perusahaan umum Kereta Api Nasional Jepang (Japan National
Railway atau disingkat JNR) adalah perusahaan kereta api tunggal
yang terbesar di Jepang. Namun disebabkan oleh keadaan keuangan
yang cukup memprihatinkan, maka sejak tanggal 1 April 1987
perusahaan ini dilimpahkan ke pihak swasta dan diganti nama menjadi
Japan Railway atau disingkat JR.

JR mengoperasikan salah satu jenis kereta api tercepat di dunia, yakni
jenis kereta api shinkansen (yang secara harfiah berarti lin utama yang
baru). Shinkansen dioperasikan pertama kalinya pada tanggal 1
Oktober 1964 untuk jurusan Tokyo-Osaka sepanjang 552,6 km, yang
yang dapat ditempuh dalam waktu 3 jam 10 menit. Kemudian pada
tanggal 10 Maret 1975, dibuka lin baru untuk jurusan Osaka-Hakata di
pulau Kyusu. Jarak antara Tokyo-Hakata yang menghubungkan
dengan kota-kota yang terletak di bagian selatan Jepang, adanya juga
jalur utara yaitu jalur yang menghubungkan Tokyo dengan kota-kota
di Jepang Barat Laut dan Jepang Timur Laut. Kereta api Tohoku
Shinkansen menghubungkan Tokyo dengan kota Marioka (sebuah
kota di Jepang Timur Laut) sejauh 496 km, sedangkan kereta api
Joetsu Shinkansen menghubungkan Tokyo dengan kota Niigata
sepanjang 270 km. Kareta api Tohoku Shinkansen bulan November
1982. Terminal akhir untuk jalur Tokyo-Hakata di kawasan Tokyo
adalah stasiun Tokyo, sedangkan terminal akhir untuk Joetsu
Shinkansen dan Tohoku Shinkansen adalah stasiun Ueno yang terletak
empat stasiun dari stasiun Tokyo ke arah utara.

Selain lin-lin yang dioperasikan oleh JR, layanan kereta api daerah
juga disediakan oleh berbagai badan pemerintah daerah maupun
perusahaan-perusahaan swasta lainnya. Perusahaan-perusahaan kereta
api swasta ini mengangkut sekitar 39,7% dari total penumpang kereta
api shinkansen ataupun kereta express lainnya, baik yang dikelola oleh
JR maupun oleh perusahaan, maka selain tiket kereta api untuk tujuan
yang diinginkan juga harus membeli tiket untuk shinkansen ataupun
tiket expressnya.

Selain kereta Shinkansen, kereta express dan kereta api biasa yang
bergerak di atas permukaan tanah, ada juga lin kereta api bawah tanah
(chikatetsu=subway) yang melayani delapan kota besar yaitu kota
Fukuoka, Kobe, Kyoto, Osaka, Nagoya, Yokohama, Tokyo dan
Sapporo. Di kota Tokyo ada sepuluh lin kereta api bawah tanah yang
mencakup total jarak lebih kurang 200 km. Dengan demikian, Tokyo
menduduki tempat keempat setelah London, New York dan Paris
dalam total panjang lin kereta api bawah tanah.
Kereta api di Jepang pada umumnya dibagi menjadi dua
kelas/gerbong, yaitu gerbong hijau (green cars) dan gerbong biasa
(ordinary cars). Naik green cars jelas biayanya lebih mahal
dibandingkan dengan naik gerbong biasa, karena harus membeli
special tickets untuk bisa naik green cars. Tiket-tiket tersebut, baik
tiket untuk shinkansen, tiket untuk green cars, maupun tiket reserved
seat biasanya dapat dipesan sebulan sebelum hari keberangkatan.

Apabila akan bepergian jauh (ke luar kota), sebaiknya memesan tiket
tersebut secepat mungkin. Student discount diberikan kepada
mahasiswa yang akan bepergian jauh, biasanya untuk liburan musim
panas, liburan tahun baru, ataupun untuk mengikuti seminar-seminar.
Formulir untuk mendapatkan student discount dapat diperoleh di
universitasnya masing-masing. Potongan ini biasanya sebesar 20%
dari harga tiket, dan hanya berlaku untuk tiket kereta api saja, tidak
berlaku untuk express ticket.

Sebagian besar mahasiswa (termasuk siswa SD, SLTP dan SLTA) dan
pegawai menggunakan kartu pass/kartu langganan (teikiken) untuk
pergi pulang ke sekolah dan kantor masing-masing. Adapun dua
jenis teikiken, yaitu teikiken untuk pelajar dan teikiken untuk pegawai.
Apabila status anda masih sebagai research student, maka anda tidak
bisa membeli teikiken untuk pelajar, yang bisa anda beli adalah
teikiken untuk pegawai. Dengan memakai teikiken, kita akan
menghemat lebih kurang 75% (untuk pelajar) dan 50% (untuk
pegawai) dibandingkan apabila kita membeli tiket eceran setiap hari.
Masa berlakunya teikiken ada yang satu bulan, tiga bulan dan enam
bulan. Makin lama periode teikiken tersebut adalah kita bisa naikturun
kereta api disetiap stasiun yang dikehendaki tanpa harus
membeli tiket lagi, asalkan stasiun-stasiun tersebut masih berada pada
jalur yang tertulis pada teikiken. Kereta api di Jepang beroperasi dari
jam 5:30 sampai jam 12:00 malam, kecuali malam tahun baru di mana
semua jalur kereta api beroperasi selama 24 jam.

2). Angkutan Bis (Basu)
Untuk jalur-jalur yang tidak dilalui kereta api biasanya dilayani oleh
angkutan bis. Angkutan bis sebagian besar dikelola oleh perusahaan
swasta. Selain beroperasi di dalam kota, bis juga melayani jalur-jalur
ke arah suburb. Di setiap stasiun kereta api biasanya terdapat terminal
bis yang melayani baik untuk jalur dalam kota maupun untuk jalur
suburb. Seperti pada kereta api, untuk angkutan bis juga ada sistem
teikiken. Teikiken bis dapat dibeli pada kantor-kantor perwakilan
perusahaan angkutan bis yang bersangkutan (biasanya ada di dekat
stasiun kereta api). Perlu diketahui bahwa bis kota di Jepang tidak
menggunakan kondektur maupun kernet. Sistem pembayaran langsung
di dalam bis (ada kotak khusus dekat sopir untuk menyimpan
uang/karcis) baik dengan tiket maupun dengan uang kontan.
Selain bis kota, ada juga bis-bis untuk jurusan luar kota, seperti
jurusan Tokyo-Nagoya, Tokyo-Osaka, Tokyo-Hiroshima dan
sebagainya. Bis-bis untuk jurusan luar kota ada yang beroperasi pada
siang hari, dan ada juga yang beroperasi pada malam hari.
Dibandingkan dengan naik kereta api shinkansen, naik bis memang
jauh lebih murah, akan tetapi waktunya lebih lama. Sebagai contoh,
dari Tokyo-Nagoya, apabila naik kereta api shinkansen hanya
memerlukan waktu sekitar 2 jam, tetapi dengan bis bisa mencapai
enam jam lebih.

Disamping itu ada juga bis-bis wisata (kanko bus) yang bisa dicarter
per paket, biasanya sekitar 2-4 jam per paket perjalanan, tergantung
dari tujuan wisata. Bis wisata ini biasanya dimanfaatkan oleh turis43
turis asing yang bersight-seeing di dalam kota maupun obyek-obyek
turis yang terdapat di sekitar kota yang bersangkutan.

3). Angkutan Taksi
Disetiap stasiun kereta api terdapat terminal taksi yang melayani baik
untuk jurusan dalam kota maupun ke arah suburb. Apabila anda akan
pergi ke suatu tempat (di dalam kota) yang tidak tahu persis lokasinya,
lebih baik naik taksi saja. Namun karena sebagian besar supir taksi
tidak bisa berbahasa Inggris, maka sebaiknya anda menyiapkan nama
dan alamat yang dimaksudkan dalam bahasa Jepang, lalu diperlihatkan
kepada sopir taksi tersebut. Dengan cara ini maka anda akan diantar
oleh sopir taksi sampai ke tujuan yang dimaksud. Perlu diketahui
bahwa semua taksi di Jepang menggunakan argometer. Ada dua jenis
taksi, yaitu taksi besar dan taksi kecil yang ongkosnya berbeda. Di
luar kota biasanya ongkos taksi lebih mahal. Taksi beroperasi selama
24 jam, dari jam 11 malam sampai jam 05.00 pagi, ongkos taksi
dinaikkan 20% lebih mahal.

4). Mobil Penumpang
Di Jepang, tujuh dari sepuluh rumah tangga mempunyai sebuah mobil.
Bagi keluarga yang tidak memiliki mobil biasanya menyewa di tempat
persewaan mobil, yang banyak tersebar di seluruh negeri. Anda juga
bisa menyewa mobil di tempat-tempat tersebut. Caranya mudah,
hanya dengan menunjukkan SIM anda kepada petugas persewaan
tersebut. Mobil-mobil tersebut biasanya disewa per jam, per tiga jam,
per enam jam, atau per 24 jam. Hampir di tiap kota terdapat tempattempat
persewaan mobil, yang cukup di kenal adalah Nippon Rent
Car. Bagi anda yang mempunyai SIM dari Indonesia bisa ditukar
dengan SIM Jepang. SIM Indonesia tersebut diterjemahkan ke dalam
bahasa Jepang, selanjutnya didaftarkan ke kantor polisi yang terdekat
dengan tempat tinggal anda.

5. Angkutan Udara
Untuk perjalanan di dalam negeri, selain menggunakan jalan darat,
juga bisa menggunakan pesawat terbang yang dilayani oleh
perusahaan penerbangan dalam negeri, antara lain JL (Japan Air
Lines), ANA (All Nippon Airways), dan TDA (Toa Domestic
Airlines). Hampir semua kota propinsi dapat didatangi oleh pesawat
terbang. Beberapa kota mempunyai fasilitas lapangan terbang untuk
jalur penerbangan internasional, antara lain yaitu Tokyo, Osaka,
Fukuoka dan lainnya. Di Tokyo sendiri, ada dua lapangan terbang
yaitu Narita International Airport (untuk penerbangan internasional)
dan Haneda Airport (untuk penerbangan international dan domestik).
Apabila akan bepergian dengan pesawat terbang, anda bisa memesan
tiket sebulan sebelum keberangkatan di JTB (Japan Travel Bureau)
ataupun di agen-agen perjalanan yang tersebar di tiap kota.

6. Angkutan Laut
Apabila anda ingin bepergian dengan biaya lebih murah, anda bisa
menggunakan kapal laut, yang melayani jalur luar kota, antara lain
dari Hokkaido-Kobe, Kobe-Kyushu, Kobe-Shikoku, Shikoku-Kyushu
dan jalur-jalur lainnya. Di samping itu ada juga kapal ferry yang
banyak digunakan untuk menyeberang dari satu tempat ke tampat lain.
(bersambung part-4)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home