Scholarship Information   Jobs Vacancy Information   Lowongan Kerja  
Your Ad Here



:: BEASISWA SEKOLAH INDONESIA :: 11.17.2006

Beasiswa dan Studi di Jepang - 4

Kategori: Beasiswa

4.9 Ijin Tinggal di Jepang
Sebelum sampai kepada permasalahan utama yang ingin penulis sampaikan di dalam bab berikutnya ada baiknya bila kita bicarakan dulu di sini tentang status orang asing/mahasiswa asing yang akan tinggal di Jepang. Oleh sebab itu di dalam bab ini akan dibicarakan dua hal penting yaitu : (1) visa dan (2) cara memperoleh kartu penduduk di Jepang.

4.9.1 Visa Bagi Mahasiswa yang Dibiayai oleh Monbukagakusho
Ada dua macam ijin yang diberikan oleh pemerintah Jepang terhadap mereka yang akan masuk dan akan tinggal selama kurun waktu tertentu di negara tersebut. Pertama ijin memasuki negara Jepang; ijin ini diberikan oleh Kantor Perwakilan Negara Jepang
yang ada di Indonesia. Kantor perwakilan ini memberikan ijin tinggal untuk selama kurun waktu tertentu, ijin tinggal biasanya diberikan oleh pemerintah Jepang itu ada yang untuk selama 180 hari (Short-term-visa), dan untuk satu tahun dan tiga tahun (Longterm-visa).


Untuk para mahasiswa yang akan belajar di Jepang, ijin tinggal ini
diberikan untuk satu tahun dengan kode status 4-1-6. Dengan
demikian, bagi mereka yang akan belajar di sana lebih dari satu
tahun, mereka harus memperpanjang visanya setiap tahun. Caracara
memperpanjang visa ini biasanya diberikan nanti oleh Foreign
Student Service yang ada di dalam universitas dimana para
mahasiswa belajar. Penyelesaian perpanjangan visa ini seluruhnya
harus dikerjakan sendiri.

Untuk memperoleh visa yang pertama dari Kedutaan Besar Jepang
di Indonesia pada saat akan berangkat, biasanya untuk program G to
G dikerjakan secara kolektif oleh instansi yang berwenang,
sedangkan untuk program U to U biasanya harus dikerjakan sendiri
setelah yang bersangkutan memperoleh surat ijin dari Menteri
Kehakiman Jepang yang dikirim melalui profesor yang akan
menjadi pembimbingnya nanti. Persyaratan untuk memperoleh visa
dari Kedutaan Besar Jepang di Indonesia ini adalah sebagai berikut :

1. Paspor dinas yang belum kadaluwarsa
2. Application Form yang telah diisi oleh pemohon. Form ini akan
diberikan oleh bagian visa, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia
3. Dua lembar pasfoto terbaru ukuran 5 x 5 cm
4. Beberapa dokumen yang dikirim dari Jepang (untuk para
mahasiswa biasanya dokumen tersebut dikirim oleh Departemen
Kehakiman).

Bagi para mahasiswa yang akan membawa keluarga, visa untuk
keluarga ini diberikan secara tersendiri dengan persyaratan yang
agak berbeda, tidak seperti persyaratan yang diperlukan bagi
mereka yang akan belajar. Visa untuk keluarga ini biasanya
diberikan dengan kode status 4-1-6 (15) dan berlaku untuk satu
tahun. Untuk perpanjangan visa bagi keluarga ini harus dilakukan
sendiri di Jepang dimana informasinya akan diberikan nanti oleh
Foreigh Student Service.

Persyaratan untuk memperoleh visa bagi keluarga dari Kedutaan
Besar Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Paspor biasa yang belum kadaluwarsa
2. Application Form yang telah diisi oleh pemohon. Form ini akan
diberikan oleh bagian visa, Kedutaan Besar Jepang di Indonesia
3. Dua lembar pasfoto terbaru ukuran 5 x 5 cm
4. Surat jaminan dari profesor yang membimbing mahasiswa yang
akan membawa keluarganya. Dalam surat jaminan ini perlu
disebutkan jumlah dan nama-nama keluarga yang akan dibawa
5. Paspor dinas (fotokopi) dari mahasiswa yang akan membawa
keluarganya
6. Fotokopi kartu penduduk (alien registration) dari mahasiswa
yang akan membawa keluarganya.
7. Membayar uang visa
Berdasarkan ketujuh persyaratan tersebut, disarankan agar keluarga
dari mahasiswa (bagi mereka yang merencanakan untuk membawa
keluarga) keberangkatan-nya ke Jepang menyusul setelah
mahasiswa program degree. Hal ini dimaksudkan untuk
memudahkan memperoleh persyaratan visanya, terutama untuk
persyaratan No. 4, 5, dan 6. Di samping itu juga seorang mahasiswa
harus mempersiapkan segala sesuatunya, termasuk sarana
pemondokannya, sebelum keluarganya datang.
4.9.2 Memperoleh Kartu Penduduk
Berdasarkan peraturan yang ada bagi mereka yang akan tinggal di
Jepang lebih dari 90 hari harus mendaftarkan diri secepat mungkin
di Kuyakusho (semacam kecamatan) atau Shiyakusho (semacam
kotamadya) dimana mereka tinggal untuk memperoleh kartu
penduduk/alien registration yang dalam bahasa Jepangnya disebut
Gaijin Toroku Shomeisho. Untuk memperoleh kartu penduduk ini,

pemohon harus datang sendiri ke Kuyakusho atau Shiyakusho
dengan membawa paspor dan 3 (tiga) lembar pasfoto ukuran 5 x 5
cm. Untuk anak-anak di bawah umur 14 tahun, kartu penduduk
tersebut harus dibuatkan oleh orang tua, dan untuk anak-anak ini
pasfoto tidak diperlukan.

Untuk memperoleh kartu penduduk ini, selain persyaratan tersebut
di atas, bagi mereka yang akan tinggal lebih dari satu tahun dan atau
yang berumur lebih dari 14 tahun harus bersedia diminta sidik
jarinya (fingerprinted). Sedangkan bagi mereka yang akan tinggal di
Jepang selama kurang dari satu tahun dan atau anak-anak yang
berumur kurang dari 14 tahun (meskipun anak-anak ini akan tinggal
lebih dari satu tahun bersama orang tuanya) sidik jari tidak
diperlukan.

Perlu juga disampaikan disini bahwa bila seseorang pindah alamat
maka bersangkutan dalam waktu 14 hari setelah pindah harus sudah
melapor diri ke Kuyakusho atau Shiyakusho dimana alamat baru
tersebut berada. Dalam hal ini kartu penduduk harus dibawa, sebab
petugas di Kuyakusho atau di Shiyakusho akan mengganti alamat
lama yang tertulis dalam kartu penduduk menjadi alamat baru.
Disarankan agar pada saat perubahan alamat ini paspor juga harus
dibawa, sebab petugas di Kuyakusho atau di Shiyakusho kadangkadang
menanyakannya. Perubahan alamat ini penting diketahui
oleh Kuyakusho atau Shiyakusho sebab para petugasnya harus
segera melapor ke Instansi lain untuk keperluan yang bersangkutan
sendiri, misalnya pemberitahuan ke Kantor Pos, Polisi, dan
sebagainya.

Demikian juga setelah seseorang selesai memperpanjang visanya,
yang bersangkutan dalam waktu 14 hari setelah memperpanjang
visanya itu harus segera melapor ke Kuyakusho atau Shiyakusho
dengan membawa kartu penduduk dan paspornya untuk didaftarkan
kembali sebagai warga daerah dimana yang bersangkutan berada.

4.10 Pemondokan
Bagi orang asing begitu tiba di Jepang, salah satu permasalahan yang
sering dihadapi adalah sarana pemondokan, terutama bagi mereka yang
akan tinggal di kota-kota besar seperti Tokyo, Kyoto, Osaka, dan
Yokohama. Masalah pemondokan di kota-kota besar ini bukan saja harga
sewanya yang sangat mahal, tetapi juga sulitnya mencari tempat
pemondokan yang cukup strategis bagi si pendatang tersebut. Bagi para
mahasiswa asing yang sedang belajar di Jepang kesulitan tersebut akan
makin terasa karena mereka harus pandai-pandai mengatur keuangannya
yang mereka terima dari sponsor, dimana uang yang diterimanya tersebut
bukan saja hanya untuk keperluan pembayaran sewa rumahnya tetapi juga
untuk kebutuhan hidup sehari-hari yang biayanya cukup mahal.

Namun demikian untuk para mahasiswa asing penerima beasiswa
Monbukagakusho yang begitu datang diharuskan belajar dulu mengenai
bahasa Jepang, biasanya mereka ini ditampung di suatu asrama yang harga
sewanya relatif murah dengan sarana yang relatif lengkap. Selama belajar
bahasa, fasilitas asrama hanya dikhususkan bagi mereka yang tidak
membawa keluarga. Setelah mahasiswa selesai berlajar bahasa, mereka
langsung disebar ke setiap universitas tempat mereka belajar dalam bidang
keahliannya masing-masing. Lama kursus bahasa ini adalah 6 bulan. Jadi
bila para mahasiswa datang pada bulan April maka kursus bahasa harus
sudah selesai pada bulan September. Dengan demikian para mahasiswa
harus sudah meninggalkan tempat pemondokannya (asrama) pada “akhir”
bulan September. Oleh karena pendidikan di Jepang, termasuk pendidikan
di Universitas, dimulai pada bulan April maka selama enam bulan pertama
sejak ia diterima di suatu universitas (bulan Oktober sampai dengan Maret)
setiap mahasiswa akan diterima di masing-masing universitas sebagi
mahasiswa riset (kenkyusei). Untuk dapat diterima sebagi mahasiswa
pascasarjana (daigakuin-sei) tergantung dari kemampuan yang
bersangkutan selama menjadi kenkyusei dari hasil ujian masuk.
Selain asrama di masing-masing perguruan tinggi, AIEJ, Center for
Domestic and Foreign Students atau lembaga lainnya juga menyediakan
asrama bagi mahasiswa asing. Bila terdapat masalah dalam mencari
asrama atau pemondokan disarankan agar mahasiswa yang bersangkutan
menghubungi PPI (persatuan Pelajar Indonesia) yang cabangnya ada
diberbagai kota besar di jepang atau langsung konsultasi dengan bagian
Pendidikan Kedutaan Besar Jepang di Megura, Tokyo.

Begitu mahasiswa yang datang di universitas, untuk mempelajari bidang
keahliannya, biasanya yang menerima mahasiswa tersebut adalah guru
besar (Kyoju), guru besar pembantu (Jukyo-ju) atau Asistan (Joshu) yang
akan membimbing yang bersangkutan. Semua urusan yang berhubungan
dengan masalah pendidikannya akan dibantu sepenuhnya oleh Kyoju,
Jukyo-ju ataupun Joshu. Sedangkan masalah yang berhubungan dengan
administrasi kemahasiswaannya akan dibantu oleh Bagian Mahasiswa
Asing (Ryugakusei Gakari) yang ada dalam universitas tersebut. Pada
tahun-tahun pertama Ryugakusei Gakari ini dapat mengusahakan juga
tempat pemondokan.

Meskipun setiap universitas di Jepang mempunyai fasilitas asrama yang
cukup besar namun kdang-kadang jumlah mahasiswa yang akan
menempati asrama ini melebihi daya tampung dari asrama tersebut.
Sehingga tidak sedikit para mahasiswa asing yang baru datang tidak dapat
diterima di asrama dan terpaksa harus mencari pemondokan lain. Bila
seandainya universitas, tempat para mahasiswa belajar, berada di daerah
(bukan di kota-kota besar) masalah mencari tempat pemondokan ini tidak
begitu sulit dan harga sewanya pun relatif murah. Sedangkan bagi mereka
yang ada di kota-kota besar, untuk mencari pemondokan yang harga
sewanya murah terpaksa harus mencari ke tempat yang agak jauh dari
universitas.

Sebelum sampai kepada usaha bagaimana cara mencari pemondokan yang
murah dan dekat dengan universitas, ada baiknya mengemukakan dulu
tipe-tipe pemondokan yang ada di Jepang (selain asrama kepunyaan
universitas) yaitu : (1) mansions, (2) apartmen (apato) dan (3) gesshuku.
Bagi mereka yang akan menghuni tipe-tipe pemondokan ini di samping
harus membayar uang sewa tiap bulannya, terlebih dahulu mereka harus
membayar reikin 1~ 2 bulan sewa (uang kunci) dan shikin sebesar 1 ~ 2
bulan uang sewa (uang deposit) dimana besarnya untuk setiap tipe
pemondokan tersebut bervariasi tergantungan dari lokasi pemondokannya.
Uang reikin merupakan uang bayaran yang tidak dikembalikan. Selain
pembayaran tadi penyewa dimintakan untuk membayar sekitar satu bulan
sewa kepada real-estate.

1). Mansions
Di Jepang, istilah mansions adalah bangunan-bangunan yang terdiri
dari beberapa lantai dan mempunyai banyak tempat tinggal.

Umumnya keluarga-keluarga yang tinggal di sini termasuk ke dalam
kategori high-class. Bangunan ini terbuat dari feroconcrete dengan
tata ruang yang sangat baik. Biasanya jumlah ruangan untuk setiap
keluarga terdiri dari tiga kamar, satu kamar mandi dan WC, dan satu
ruangan dapur. Saluran listrik, gas dan air sudah tersedia, dan kadangkadang
heater pun untuk setiap ruangan sudah dipasang kecuali di
kamar mandi dan WC. Bagi mereka yang berminat untuk menyewa
mansions ini di haruskan membayar reikin dan shikikin antara ¥
600.000 sampai dengan ¥ 1.000.000 tergantung dari besar-kecilnya
ruangan dan lokasi dari mansions itu sendiri. Demikian pula
perbandingan besarnya reikin dan shikikin tidak sama untuk setiap
mansions.

Untuk reikin ini biasanya hanya berlaku untuk setiap dua tahun. Jadi
bila ingin diperpanjang lagi para penghuninya setelah dua tahun harus
membayar kembali reikin. Kemudian untuk shikikin untuk setiap dua
tahun akan dikembalikan dengan memperhitungkan dulu kerusakan
ruangan yang ada, sehingga jumlah uang shikikin yang akan
dikembalikan kepada si penyewa sering menjadi berkurang karena
adanya klaim dari yang punya mansions atas kerusakan yang ada
tersebut.

Uang sewa setiap bulan untuk mansions ini juga sangat mahal. Uang
sewa ini bervariasi antara ¥ 75.000 sampai ¥ 150.000 dan tidak
termasuk untuk pembayaran listrik, gas, dan air. Bisa dibayangkan
bagaimana kalau mahasiswa penerima beasiswa Monbukagakusho
yang menerima sekitar ¥ 180.000 per bulannya menyewa mansions
dengan reikin dan shikikin serta uang sewa per bulannya yang
demikian mahalnya. Biasanya yang menyewa mansions ini adalah
para pekerja perusahaan (kaisha-in) yang sudah mempunyai
kedudukan.

2). Apartments (Apato)
Istilah apato adalah satu atau dua bangunan yang terdiri dari dua
lantai, dan biasanya dibuat dari kayu. Di Jepang ada dua macam apato
yaitu : (1) yang mempunyai dua atau satu kamar ditambah dengan
kamar mandi dan WC dan (2) yang mempunyai dua atau satu kamar,
ditambah dengan WC saja (tanpa kamar mandi).

Kedua macam apato tersebut dilengkapi dengan satu ruangan dapur.
Tentunya yang mempunyai kamar mandi dan tanpa kamar mandi
berbeda dalam soal pembayaran reikin dan shikikin serta uang sewa
per bulannya. Apato yang tanpa kamar mandi pembayarannya lebih
murah, namun bagi mereka yang akan menyewa apato ini untuk
mandinya harus pergi ke sento (tempat mandi umum). Untuk sekali
mandi harus bayar ¥ 230 (pada tahun 1988). Di sento ini kadangkadang
ada sauna (ruangan untuk memanaskan badan). Untuk masuk
ke sauna ini tidak perlu membayar lagi. Umumnya untuk apato yang
tidak ada kamar mandinya terletak berdekatan dengan sento.
Pembayaran reikin dan shikikin untuk kedua macam apato
tersebut bervariasi dari ¥ 100.000 sampai dengan ¥ 500.000, dan
sewa per bulannya antara ¥ 25.000 sampai dengan ¥ 60.000. Adanya
variasi harga ini tergantung dari ada atau tidaknya kamar mandi,
jumlah kamar, dan jarak ke kota. Di Jepang umumnya apato
digunakan oleh kebanyakan orang yang berpenghasilan rendah hingga
menengah.

Bagi mahasiswa yang ingin menyewa apato ini disarankan untuk
mahasiswa yang membawa keluarga dengan anak maksimum dua
orang. Perlu juga dipikirkan bahwa pada waktu mencari apato harus
sedikit bersabar dan banyak bertanya kepada orang lain, apakah itu
orang Indonesia yang sudah lama di Jepang maupun kepada orang
Jepang sendiri. Demikian pula meminta pertolongan kepada
ryugakusei-gakari perlu dilakukan. Semua usaha ini dimaksudkan
untuk memperoleh apato dengan reikin dan shikikin serta sewa per
bulannya yang murah, tetapi di dalam apato tersebut ada kamar mandi
dan WC-nya.

Apato yang jauh dari universitas umumnya relatif murah dan terdiri
dari dua kamar (6 jo atau 19,8 m²) serta di samping ada WC-nya juga
ada kamar mandinya. Kisaran untuk reikin dan shikikin-nya sekitar ¥
100.000 hingga ¥ 250.000 (di kota dengan keadaan apato yang sama
umumnya berkisar antara ¥ 250.000 hingga ¥ 500.000). Pengertian
jauh dari universitas ini adalah jarak dari apato ke universitas harus
ditempuh dengan memakai sepeda-Kereta Rel Listrik-sepeda atau
dengan jalan kaki-Kereta Rel Listrik-jalan kaki. Untuk sewa per
bulannya apato yang jauh dari universitas ini berkisar antara ¥ 25.000
hingga ¥ 40.000 (di kota, daerah yang dekat dengan universitas,
berkisar antara ¥ 40.000 hingga ¥ 60.000).

Bagi mereka yang ingin tinggal di tempat yang relatif dekat dengan
universitas disarankan agar menyewa apato dengan satu kamar (4,5
jo) dan satu ruang dapur serta mempunyai kamar mandi dan WC. Bila
yang diinginkan apato dengan reikin dan shikikin serta sewa per
bulannya yang relatif lebih murah lagi mahasiswa harus mencari yang
tidak ada kamar mandinya. Apato dengan satu kamar ini sebaiknya
digunakan bagi mereka yang membawa istri/suami tanpa anak.
Reikin dan shikikin untuk apato yang ada di kota dengan satu kamar
dan satu dapur serta ada kamar mandi dan WC-nya adalah berkisar
antara ¥ 150.000 hingga ¥ 250.000 dengan sewa per bulannya berkisar
antara ¥ 30.000 sampai ¥ 40.000. Sedangkan untuk apato yang
keadaannya hampir sama tetapi tanpa kamar mandi, reikin dan
shikikin-nya berkisar antara ¥ 100.000 sampai ¥ 200.000 dengan sewa
per bulannya berkisar antara ¥ 25.000 sampai ¥ 35.000.
Di dalam masalah penyelesaian reikin dan shikikin untuk seluruh jenis
apato tersebut di atas pada prinsipnya sama dengan untuk mansions.
Dengan demikian bila keluarga yang menyewa ingin terus tinggal,
setelah dua tahun Reikin harus dibayar kembali. Pengembalian
shikikin kepada si penyewa juga akan sangat tergantung dari
kerusakan apato yang disewa.

Berdasarkan keterangan tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa
apato sebaiknya digunakan bagi mahasiswa yang membawa keluarga.
Bagi mereka yang tidak membawa atau belum mempunyai anak,
apato yang disewa disarankan agar yang cukup besar untuk berdua.
Apato yang demikian ini kemungkinan bisa diperoleh dilokasi yang
dekat dengan universitas karena ditinjau dari segi reikin dan shikikinnya
serta uang sewa per bulannya relatif masih bisa terjangkau.
Sedangkan bagi keluarga yang membawa anak (anak sebaiknya
maksimum dua orang), apato yang disewa disarankan agar yang
cukup besar. Mengingat apato yang ada di kota ini cukup mahal
meskipun cukup memadai bagi mereka yang membawa keluarga
(termasuk 2 anak) maka ada baiknya bila keluarga ini tinggal di
daerah yang agak jauh dari universitas. Di luar kota biaya untuk
keperluan sehari-hari dan biaya untuk sekolah anak-anak, khususnya
untuk sekolah Taman Kanak-Kanak sangat murah bila dibandingkan
dengan di kota. Sebagai bahan informasi, perlu juga disampaikan di
sini bahwa biaya perlengkapan rumah tangga suatu keluarga dengan
dua anak memerlukan jumlah yang sangat besar dan ini perlu
diperhitungkan dalam biaya pengeluaran secara keseluruhan.

3). Gesshuku
Sistem Gesshuku atau indekos membolehkan mahasiswa tinggal
bersama dengan pemilik rumah (Oya-san). Mahasiswa yang memilih
gesshuku ini biasanya disediakan kamar tersendiri dan bagi rumah
yang bertingkat tempat gesshuku biasanya diletakkan pada tingkat dua
dan mempunyai pintu masuk dan keluar tersendiri terpisah dari
pemilik rumah.

Dulunya gesshuku ini hanya diperuntukan bagi mahasiswa Jepang.
Akan tetapi baru-baru ini mahasiswa asingpun, sampai dengan jumlah
tertentu, sudah bisa menyewanya. Namun demikian mahasiswa dan
mahasiswi tidak diperbolehkan berada dalam satu gesshuku. Demikian
pula mahasiswa yang membawa keluarganya tidak diperkenankan
tinggal dalam Gesshuku ini. Semua aktivitas di gesshuku yang
melibatkan orang lain (di luar penghuni gesshuku) harus
sepengatahuan Oya-san.

Fasilitas yang ada dalam gesshuku ini adalah selain kamar untuk
setiap penghuni, tetapi juga dilengkapi dengan alat mencuci pakaian
dan WC yang dapat digunakan oleh seluruh penghuni. Tidak semua
gesshuku mempunyai dapur umum dan kamar mandi. Dengan
demikian untuk gesshuku yang tidak ada kamar mandinya maka bila
penghuni ingin mandi terpaksa harus pergi ke pemandian umum
(Osento). Pada Osento ini sudah tersedia semua perlengkapan untuk
mandi seperti handuk kecil, sabun, hair dryer dll. Pria dan wanita
mempunyai kamar mandi yang terpisah. Orang Jepang biasanya mandi
bersama sama dalam satu kamar baik dalam kamar mandi pria
maupun wanita. Dalam tiap kamar mandi disediakan tempat duduk
plastik untuk mandi yang dilengkapi shower untuk air dingin dan air
panas. Selain shower disediakan bak air panas yang disebut ofuro
dengan ukuran tergantung lokasi dan biasanya dapat diisi oleh lebih
dari 10 orang. Dalam ofuro inilah biasanya orang Jepang mandi
bersama-sama.

4.10.1 Prosedur Penyelesaian Administrasi Kontrak Sewa
Pemondokan
Cara penyelesaian kontrak sewa pemondokan antara mahasiswa asing
dengan pemilik, baik untuk apato maupun gesshuku, pada dasarnya sama.
Ada tiga pihak yang terlibat dalam penyelesaian kontrak ini yaitu : pihak
(1) penyewa (mahasiswa asing), (2) yang menyewakan (pemilik apato
atau gesshuku), dan (3) penanggung jawab dari pihak mahasiswa asing
(advisor dan ryugakusei-gakari).

Bila mahasiswa telah menemui pemondokan yang kira-kira cocok untuk
ditempatinya, tahapan berikut didalam menyelesaikan kontrak sewanya
adalah sebagai berikut :
1. Mendatangi pemilik untuk menanyakan apakah apato atau
gesshuku yang telah dipilih itu sudah ada yang memesan atau
belum.
2. Bila belum, pada waktu itu juga secara langsung harus
menanyakan berapa reikin dan shikikin-nya serta berapa sewa
per bulannya.
3. Setelah diketahui tentang persoalan seperti yang ditanyakan
pada butir 2, sebaiknya konsultasikan dulu kepada
Kyoju/advisor dan staf Ryugakusei-gakari. Bila mereka setuju
baru kembali lagi ke pemilik apato atau gesshuku.
4. Memastikan bahwa apato atau gesshuku yang telah ditanyakan
terdahulu akan ditempati. Pada saat itu juga supaya diminta dari
pemilik mengenai form surat kontrak sewanya.
5. Form surat kontrak, kemudian diisi oleh penyewa (mahasiswa)
selanjutnya form tersebut dibawa ke advisor atau staf
Ryugakusei-gakari, sebagai penanggung jawab mahasiswa,
untuk dibubuhi tanda tangan mereka.
6. Untuk memperoleh “sebagian dana” sebagai bantuan dari
Monbukagakusho guna pembayaran reikin dan shikikin, dari
Ryugakusei-gakari ada form yang harus diisi oleh pemilik
apato atau gesshuku. Sampai dengan tahun 1988 dana bantuan
ini adalah sebasar ¥ 50.000.

7. Form (dalam butir 6) kemudian dibawa ke pemilik. Pada saat
itu surat kontrak yang telah diisi dengan lengkap diserahkan
kembali kepada pemilik. form dari Ryugakusei-gakari pada saat
itu pula harus diisi lengkap dibawa kembali ke Ryugakuseigakari
untuk pemprosesan lebih lanjut. Dana bantuan dari
Monbukagakusho biasanya akan diterima setelah sekitar 3
bulan kemudian.
8. Kemudian tetapkan kapan akan mengisi pemondokan baru
tersebut.
9. Jangan lupa, penyewa harus menyiapkan peralatan rumah
tangga sebelum mengisi pemondokan baru itu.
Cara-cara penyelesaian kontrak untuk mansions tidak
dikemukakan di sini karena mahasiswa tidak mungkin untuk dapat
menyewa dan biasanya mahasiswa tidak menyenangi suatu yang
mahal.
4.11 Biaya Hidup
Jepang termasuk negara dengan biaya hidup yang tinggi terutama mereka
yang akan mengikuti pendidikan di daerah Tokyo dan sekitarnya.
Berdasarkan data tahun 1995 rata-rata biaya hidup mahasiswa perbulannya
dapat dilihat pada Table 5.
4.12 Pelayanan Kesehatan
Secara keseluruhan di Jepang pelayanan kesehatan sangat baik, namun
demikian janganlah kaget bila si pasien harus membayar kepada rumah
sakit yang melayani kesehatan itu dengan sangat mahal. Hal ini tentunya
apabila si pasien tidak mempunyai asuransi, Untuk mengurangi beban
pembayaran kesehatan yang sangat mahal itu, di Jepang tiap anggota
keluarga sangat dianjurkan untuk masuk asuransi. Pemerintah akan
menjamin sepenuhnya bila si pasien sakit tetapi mempunyai asuransi,
untuk dilayani dengan sebaik-baiknya di rumah sakit tanpa si pasien harus
memikirkan pembayaran yang sangat mahal.

(bersambung part-5)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home